Last Updated on November 30, 2022 by Monika Tanaya
Bagi anda yang sering memasang iklan digital, pasti tidak asing lagi dengan istilah CPM. Istilah yang hampir sama seperti CPA dan CPC. Yaitu salah satu cara pembayaran atas penayangan iklan di platform digital. Banyak yang belum mengerti dan bertanya CPM singkatan dari apa? Yaitu cost per mille. Salah satu metrik paling penting pada iklan online. Sebagai penentu keberhasilan iklan yang anda pasang. Lalu apa sebenarnya CPM dan bagaimana cara mengoptimasinya? Artikel ini akan membahas secara lengkap.
Apa Itu CPM?
Seperti singkatannya, cost per mille adalah besaran biaya yang harus anda keluarkan untuk setiap 1.000 impression atau tayangan. Kenapa seribu? Karena kata mille berasal dari bahasa Yunani yang artinya seribu. Jadi berapa yang harus dibayar pengiklan setiap iklan tersebut ditayangkan selama 1000 kali.
Misalkan nilai CPM iklan ditarif sebesar Rp 50.000. Itu berarti harga iklan adalah Rp 50.000 untuk 1.000 tayangan. Atau Rp 50 untuk sekali tayang.
Daripada CPA, CPM lebih banyak dipilih marketer online karena lebih murah. Tapi besarnya biaya tergantung dari kepopuleran website serta sasaran audiens tertentu.
Website yang populer, berada di hlaman pertama mesin pencarian dan memiliki traffic yang tinggi tentu memasang tarif CPM lebih mahal. Dibandingkan dengan website yang kurang populer tapi tetap memiliki traffic yang tinggi.
Ada dua alasan mengapa CPM sangat penting untuk kampanye iklan. Pertama, sebagai cara untuk meningkatkan brand awareness. Harga iklan yang murah memungkinkan anda memasang iklan di banyak website popoler. Ini adalah langkah terbaik agar brand anda makin banyak dikenal oleh audiens.
Kedua, ada kesempatan untuk mendapat social buzz. Ini bisa didapat jika konten yang anda buat memang berkualitas. Audiens dengan senang hati akan membagikannya tanpa ada rasa paksaan. Semakin banyak yang membagikan, maka akan semakin viral. Semakin viral sebuah konten, jangkauan target market akan semakin luas.
Cara Paling Tepat Menghitung CPM
Memasang ikan tidak boleh sembarangan. Perlu perhitungan yang tepat agar iklan yang anda pasang tetap efektif dan efisien. Berikut beberapa langkah mudah menghitung CPM yang perlu anda ketahui :
1. Tentukan Budget Iklan
Berapa besarnya budget iklan online? Tidak ada patokan yang pasti. Sesuaikan saja dengan kemampuan keuangan yang anda miliki. Karena setiap marketer memiliki kemampuan keuangan yang berbeda. Asal optimasinya baik, seminim apapun biaya iklan yang dipasang hasilnya akan tetap saja optimal.
Satu gambaran simulasi saja. Misalkan budget iklan yang telah anda siapkan adalah Rp 10.000.000. bagaimana cara menghitung selanjutnya?
2. Berapa Jumlah Impression yang diinginkan
Setelah menentukan budget iklan, langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah impression atau tayangan. Misalkan anda menargetkan 500.000 tayangan pada kampanye iklan. Lalu hitung CPM dengan cara berikut ini.
3. Hitung dengan Tepat
Cara tepat menghitung CPM adalah membagi budget iklan dengan target impression dan mengalihkannya dengan 1.000.
Dari rumus diatas, bisa didapat hasil :
= 10.000.000 dibagi dengan 500.000 dan dikalikan dengan 1.000
= 20 X 1.000
= Rp 20.000
Cara Mudah Optimasi CPM
Tidak hanya website saja yang menawarkan iklan dengan cara pembayaran CPM. Tapi juga berbagai sosial media marketing. Jika anda bertanya platform mana yang paling efektif untuk memasang iklan dengan sistem pembayaran CPM? Maka jawabannya adalah semua platform cukup efektif.
Karena yang menjadi faktor utama keberhasilan iklan CPM dalam jual beli online bukanlah platformnya. Tapi optimasi yang dilakukan. Berikut beberapa cara mudah optimasi CPM yang bisa coba anda terapkan :
1. Cantumkan Bukti Testimoni
Jangan hanya mencantumkan kalimat copy writing saja. Tapi juga bukti kualitas produk dari testimoni pelanggan. Dibandingkan dengan copy writing yang berlebihan, audiens akan lebih percaya pada testimoni pelanggan yang telah ada.
Cantumkan beberapa screenshot dari chat testimoni pelanggan. Atau video pengakuan dari pelanggan yang telah merasakan manfaat produk yang anda tawarkan. Meski hanya singkat, testimoni bisa jadi sosial proof yang baik untuk efektivitas iklan.
2. Pantau Frekuensi Iklan
Selain mencantumkan testimoni, cara optimasi lain yang tidak boleh diabaikan adalah memantau frekuensi iklan. Memastikan bahwa iklan tersebut tidak tayang lebih dari dua kali pada orang yang sama?
Kenapa? Karena jika tayang lebih dari dua kali pada orang yang sama, bisa mengakibatkan pemborosan impression. Menjadikan sasaran target tidak optimal. Hanya tayang pada orang itu-itu saja.
3. Menargetkan Audiens yang Tepat
Pastikan audiens tertarget dengan tepat. Agar biaya iklan yang anda keluarkan tidak percuma.
Misalkan anda menjual produk fashion impor untuk laki-laki remaja. Target yang tepat adalah remaja laki-laki berusia 13 hingga 25 tahun. Dengan target market yang tepat, bidikan marketing akan lebih tepat dan fokus.
Perbedaan CPM, CPA dan CPC
Sudah dijelaskan di atas bahwa dilihat dari cara pembayarannya, iklan online dibedakan menjadi beberapa macam. Yaitu CPM, CPA dan CPC. Lalu apa perbedaan ketiga jenis iklan online tersebut? Inilah penjelasan selengkapnya :
1. Iklan CPA (Cost Per Action)
Seperti namanya, yang dinamakan dengan iklan cost per action adalah iklan yang pembayarannya sesuai dengan action yang dilakukan audiens. Jenis iklan ini banyak dipasang pada blog atau website dengan niche download.
Misalkan advertiser memasang iklan aplikasi. Publisher akan dibayar ketika ada audiens yang membuka link iklan sekaligus mendownload aplikasi yang ditawarkan. Tidak hanya sebatas mengklik tautan saja.
Dibandingkan dengan CPM atau CPC, target audiens yang terjaring memang lebih kecil. Tapi komisi yang diberikan advertiser pada publisher lebih besar daripada dua jenis ikan online lainnya.
2. Iklan CPM (Cost Per Mille)
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, advertiser akan membayar publisher sesuai dengan jumlah tayangan iklan. Komisi yang diberikan memang lebih kecil. Tapi lebih mudah mendapat komisi karena hanya berdasarkan dengan jumlah tayangan saja.
Untuk meningkatkan keberhasilan iklan CPM ini, pastikan anda memasangnya pada website yang memiliki traffic tinggi. Karena kesempatan untuk dilihat audiens lebih banyak dibandingkan dipasang pada website yang memiliki traffic rendah.
3. Iklan CPC (Cost Per Click)
Yaitu iklan yang komisinya dibayar tergantung dari jumlah klik yang dilakukan oleh audiens. Contoh iklan yang sering menggunakan cost per click adalah google adsense.
Jika dibandingkan dengan CPM, komisi yang diterima publisher CPC memang lebih besar. Tapi lebih kecil dibandingkan dengan komisi yang diterima publisher CPA. Besarnya biaya komisi ini tidak hanya sebatas jumlah klik saja. Tapi juga layanan iklan yang dimanfaatkan.
Itulah penjelasan singkat tentang CPM, bagaimana cara menghitungnya, bagaimana cara mengoptimasinya, dan apa pula perbedaan CPM dengan jenis iklan online lainnya. Dari penjelasan singkat diatas diharapkan anda bisa memahami dan memilih iklan mana yang cocok diterapkan untuk bisnis produk atau layanan anda.
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN ANDA! 🙏 Saya sangat senang bisa menyempatkan waktu di tengah kesibukan yang padat untuk membuat tutorial dan konten tentang digital marketing dan SEO—waktu yang sejujurnya sangat sulit saya temukan.
Membuat konten seperti ini seringkali tidak memungkinkan saya untuk menautkan ke afiliasi atau memonetisasinya jadi akan sangat berarti bagi saya dan Tim jika Anda bisa meninggalkan komentar di postingan saya sebagai respon terhadap artikel ini.
Alternatif lainnya, Anda dapat memberikan review bintang lima ⭐⭐⭐⭐⭐ untuk halaman Google Bisnisku Marketing Online Indonesia.
Sekali lagi, terima kasih banyak atas dukungannya, dan saya berharap semua bisnis yang Anda jalankan saat ini berjalan dengan baik dan dalam penyertaan yang Maha Kuasa. Salam sukses untuk Anda semua!